Masa Depan Bahan Bakar Fosil Jadi Pusat Perhatian dalam KTT COP28

Nadya Zahira
30 November 2023, 13:06
Para pegiat iklim meragukan keberadaan eksekutif perusahaan minyak di tampuk presidensi COP28 bisa menghasilkan komitmen untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nym.
Para pegiat iklim meragukan keberadaan eksekutif perusahaan minyak di tampuk presidensi COP28 bisa menghasilkan komitmen untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

Konferensi Iklim PBB COP28 yang mulai diselenggarakan pada 30 November hingga 12 Desember 2023 di Dubai, akan membahas terkait penghapusan secara bertahap bahan bakar fosil yang menghasilkan karbondioksida (CO2) cukup tinggi. Hal ini membuat masa depan bahan bakar fosil menjadi perhatian dalam acara tersebut. 

Pasalnya, tuan rumah COP28 adalah Uni Emirat Arab (UEA) yang merupakan negara penghasil minyak dan gas yang cukup besar di dunia. Untuk itu, banyak pertanyaan yang muncul dari khalayak seperti, “Apakah mereka akan menyetujui untuk pertama kalinya, secara bertahap menghapus konsumsi bahan bakar fosil secara global dan menggantinya dengan sumber-sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin?”.

Di sisi lain, International Energy Agency (IEA) memberikan sejumlah upaya untuk mengurangi emisi. Salah satunya dengan menerapkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture storage (CCS).

Presiden COP28 Sultan Al Jaber mengatakan emisi gas rumah kaca dari pembakaran bahan bakar fosil adalah penyebab terbesar perubahan iklim. “Penangkapan karbon secara luas bisa mengurangi emisi, maka industri bahan bakar fosil harus memutuskan antara ingin memperdalam merasakan krisis iklim atau beralih ke energi bersih,” ujar Al Jaber.

Eksekutif Perusahaan Minyak di Puncak Pimpinan COP28

Argumen yang mendukung dan menentang penggunaan bahan bakar fosil yang berkelanjutan telah menempatkan sorotan pada presiden COP yang baru, Sultan Al Jaber.

Posisinya sebagai CEO perusahaan minyak nasional UEA, ADNOC, telah menimbulkan kekhawatiran di antara para pegiat iklim, beberapa anggota Kongres AS, dan anggota parlemen Uni Eropa mengenai apakah ia dapat menjadi perantara yang tidak memihak dalam kesepakatan iklim.

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...